12+ Puisi Jadi Diri Sendiri : Islami, Motivasi, Semangat

Posted on

Artikel ini berisi Kumpulan Puisi Jadi Diri Sendiri yang menyentuh, berkesan dan pendek. Ciptakan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas, tanpa harus menjadi seperti orang lain.


Puisi Jadi Diri Sendiri – Masih banyak manusia yang tidak menyadari bahwa, dalam diri mereka pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Parahnya, kekurangan yang ada membuat mereka jadi resah dan khawatir.

Sebagai manusia biasa, kita harus selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, serta bersabar dan berjuang untuk meraih yang kita kehendaki kedepannya, misalnya cita-cita, harapan dan sebagainya.

Namun tetap saja, segelintir manusia di luar sana bahkan rela merubah jati diri mereka, untuk menjadi orang lain, dalam rangka mencapai tingkatan keinginan yang diimpikan. Hal ini tentunya tidak baik bila diaplikasikan secara berkelanjutan.

Faktanya, seseorang yang tetap menjadi diri sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, tanpa menuntut secara berlebihan, akan lebih nyaman dan tenang dalam menjalani kehidupan.

Begitu pula sebaliknya, orang yang lebih memilih menjadi seperti orang lain demi suatu hal, akan membuat dia kesulitan bahkan kehilangan jati dirinya. Maka, kehidupan akan terasa kurang nyaman dan tenang.

Bahkan, saya pernah menemukan sebuah buku yang berjudul “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat“, karya Mark Manson asal Amerika Serikat, yang terbit pada 13 September 2016, di bawah naungan percetakan HarperOne, sebuah divisi dari HarperCollins Publishers.

Maka dari itu, nikmati setiap detik kehidupan yang tersisa, dengan mempertahankan kodrat diri sejak kecil, tanpa harus mengorbankannya untuk bisa seperti orang lain, yang sejatinya tidak pantas / cocok untuk dilakukan.

Kumpulan Puisi Jadi Diri Sendiri Terbaik

Nah, agar lebih memotivasi kamu untuk mempertahankan jati diri, di bawah ini, admin telah merangkum mengenai beberapa Puisi Jadi Diri Sendiri , spesial untuk kamu. Silakan disimak dan dihayati.

Puisi tentang Mencintai Diri Sendiri

1. Aku adalah Aku

Malam ini,
Kutatap lagi cermin usang itu,
Berkaca, tajamkan mata,
Perlahan hati berbisik padanya,
Tentang apa yang kupunya,
Dan yang selalu jadi angan.

Aku adalah aku,
Bukan dia, bukan pula mereka,
Bukan sepercik harap yang menyembah,
Bukan segelintir asa yang tergantung,
Bukan pula angan yang samar.

Aku adalah aku,
Seorang manusia yang sadar,
Akan kurang dan lebih,
Akan keluh dan sukur,
Tentang segala yang terjadi,
Tanpa berontak di hati.

Aku Mencintai diriku sendiri,
Dengan jati yang kupunya,
Dengan harapan dan perjuangan,
Tentang gapai dan hampa,
Memberanikan diri untuk,
Melangkah di atas bumi.


2. Jadilah Diri Sendiri

Secangkir kopi terjepit,
Disela-sela telunjuk kiri,
Kala mereka saling berhimpit,
Berkobar glamor dan sensasi.

Sebuah gitar lapuk,
Dengan bunyi nada nyaring,
Kuhantarkan diri ke dalam tenang,
Bersama lantunan senar genting.

Aku diriku,
Dia dan mereka,
Jangan paksakan aku seauai,
Jangan tuntut aku terbuai.
Sekali tidak, aku tetaplah aku.

Menjadi diri sendiri,
Tak perlu menjadi orang lain,
Mencari jati sendiri,
Mengikuti arah angin.

Hiruk-piruk yang meronta,
Lalu-lalang di pelupuk mata,
Aku mencintai diriku sepenuhnya,
Tanpa mendengar ocehan mereka.


3. Yang selalu dicari

Usia kian bertambah,
Zaman kian tua,
Para manusia tak henti-hentinya,
Mencari dan terus mencari,
Hingga ke ujung bumi.

Wahai jati diri,
Dimanakah kau berada,
Adakah kau tahu letihnya kami,
Dalam menemukan kau di setiap masa,
Hingga ajal pun hampir tiba.

Hingga kini,
Masih banyak yang sempat,
Untuk bersua langsung denganmu,
Mereka masih tuli dan buta,
Tentang ekspetasi dan realita,
Tentang mimpi dan sekeping asa.

Kau selalu dicari,
Sampai nanti tetap dicari,
Oleh mereka yang telah berpikir,
Tentang nikmatnya jati diri,
Untuk menjadi diri sendiri.
Sepenuhnya.

Baca juga :
Puisi Mencintai dalam Diam


4. Berbahagialah Kalian

Berbahagialah Kalian,
Dengan apa yang telah dicapai,
Atas apa yang berhasil digapai,
Dengan segenap keberhasilan yang tertuai,
Pastikan hidup lebih damai.

Bersenang-senanglah, kawan,
Sesungguhnya dunia begitu sempit,
Bagi segelintir jiwa-jiwa penjajah,
Bagi kaki yang tak kenal lelah,
Tentang mimpi yang selalu menjarah.

Hadapilah mereka,
Yang semakin mengoceh, mencela,
Menyalakan api di dada,
Mereka tak pantas kau lawan,
Tak pantas pula menjadi kawan,
Tetaplah berada pada kenyataan.

Jadilah dirimu sendiri,
Tak perlu meniru mereka,
Menuntut yang mereka punya,
Menyesuaikan semua rasa,
Hidupmu mulikmu di dunia,
Bukan milik perampas asa.


5. Aku Bukan Mereka

Aku bukanlah mereka,
Bukan orang yang sibuk,
Akan kemilau dunia yang menipu,
Bukan orang yang hanyut,
Akan pesona sensasi penuh dusta.

Aku tak ingin seperti mereka,
Yang melalaikan hal wajib demi ego,
Mengorbankan kodrat demi pengakuan,
Entah apa tujuan dan maksud,
Namun mereka berlomba terhadapnya.

Aku tetaplah disini,
Menjalani sisa hidup yang ada,
Menikmati hari-hari sederhana,
Apa adanya tanpa tuntutan ego,
Dan permainan ciamik dunia.

Aku menjadi diri sendiri,
Mensyukuri yang kupunya,
Memperbaiki kekurangan di jiwa,
Melupakan cakap dan cibiran mereka.


6. Tetap Melangkah

Derasnya hujan dan kencangnya angin,
Menerpa setiap sudut rasa ingin,
Dia datang seraya hantam batin,
Di pagi ini yang amat dingin.

Lalu, bagaimana ?
Akankah semangat pudar ?
Apakah hati kehilangan sabar ?
Tidak, kau tak perlu menjadi kasar.

Tempuhlah, hadapilah,
Hujan dan badai hanya sementara,
Tunggulah pelangi yang mempesona,
Kan datang dan menampakkan muka,
Untuk kau si pejuang asa.


7. Tangkis Terjangan

Keras memang, bahkan tak terbendung,
Terpaan ombak di bibir pantai,
Menggoyahkan nelayan yang hendak pulang,
Kala hati kian petang.

Sampan terombang-ambing,
Tak lagi lurus namun miring,
Seakan-akan situasi semakin genting,
Hadapi, janganlah mereka berpaling.

Semua hanya sesaat,
Dibalik ocehan ombak kan datang tenang,
Gulungan besar hanya sementara,
Keperkasaanmu menerjang cemoohannya,
Adalah kekuatan tanpa batas, dan kau mampu.

Baca juga :
Puisi Kenangan dengan Mantan


Puisi Jati Diri Islami

Puisi jati diri islami
Puisi Jati Diri Islami | zakat.or.id

1. Di Sepertiga Malam

Aku bangun di sepertiga malam,
Menghadap yang maha kuasa,
Kuadukan segala keluh dan kesah,
Segala resah dan gundah,
Atas semua yang berlalu sudah.

Kutadahkan kedua telapak tangan,
Dengan air mata yang berlinang,
Segenap permohonan kulantunkan,
Seperangkat harapan kuhadapkan.

Hanya pada-Mu, Yang Maha Segalanya,
Hanya untuk-Mu, ku berpijak di atas dunia,
Biarkan aku sabar, atas segala ketidakinginan,
Atas semua ocehan dan cemoohan,
Kuatkan aku untuk menghadapinya.

Jadikanlah aku untuk diriku sendiri,
Jadikanlah aku pribadi yang mandiri,
Membungkam mulut pencaci dengan karya,
Menyumbat gelak tawa pencemooh dengan prestasi.
Kabulkanlah.


2. Cukup Tuhan yang Menilai

Hujatan cemooh dan pematah semangat,
Takkan reda dan terus menyengat,
Gelak tawa kebencian yang pekat,
Semua kan jadi sejarah yang terlawat.

Lakukan apa yang diwajibkan,
Ucapan mereka tak terlu dengarkan,
Jalani, nikmati dan rasakan,
Biar yang menilai hanyalah Tuhan.

Jaga hati juga emosi,
Ditengah badai yang menggerogoti,
Tetap cari dan temukan jati diri,
Untuk kehidupan yang lebih berarti.

Baca Juga : 25+ Puisi Cita Citaku


3. Yakinkan Diri

Godaan singgah silih berganti,
Rayuan datang tak kenal pergi,
Ajakan buruk tiba dikala sepi,
Namun karenanya, yakinkan diri.

Dunia hanyalah sandiwara,
Kesenangan bagi mereka yang lalai,
Musibah bagi mereka yang kecil,
Ladang amal bagi mereka yang beriman.

Nikmati setiap waktu,
Syukuri setiap detiknya,
Percayalah, ada kehidupan kekal,
Setelah sandiwara ini berakhir.

Tancapkan niat, bulatkan tekat,
Persiapkan diri untuk sebuah kekekalan,
Bekali jiwa dengan iman,
Hanya Allah SWT yang Maha Segalanya.


4. Biar

Biar langit tetap mendung,
Biar mentari enggan bersinar,
Biar luka di rundung,
Kuatkan diri untuk mengejar.

Kau berhak mendapatkannya,
Tentang mimpi dan angan,
Allah bersama dengan mereka,
Yang punya taqwa dan iman.

Tak perlu menjadi orang lain,
Untuk meraih yang kau ingin,
Meski jalan semakin licin,
Allah ada untuk menjamin.


5. Aku adalah Engkau

Kalau engkau mengatakan aku,
Artinya engkau dengan Badan diri,
Kalau aku menyebut aku,
Maka adalah itu aku sendiri.

Aku adalah engkau,
Akan tetapi engkau bukan aku,
Kita adalah dua,
Walaupun satu tiada kenyataannya.

Dirimu adalah diriku,
Badanmu adalah Badan ku,
Aku ada padamu,
Ya, Ragaku dan Keagungan Tuhan.


6. Semangat Juang

Ketika kau lahir,
Itu karunia Tuhan atas Ibumu,
Saat kau besar,
Semua tak lepas dari tangannya,
Hingga ajal menjemputmu.

Jalani roda kehidupan,
Ikuti alur didalamnya,
Tak perlu memandang rendah siapa kamu,
Hidup adalah perjuangan, tempuhlah.

Jadikan ocehan sebagai penyemangat,
Ubah cemoohan menjadi penguat,
Perbaiki diri untuk bulatkan tekat.
Ingat, ada Tuhan yang Maha Melihat.

Baca juga :
Puisi tentang Toleransi Beragama

Penutup

Intinya, tak perlu menjadi orang lain untuk menggapai sesuatu. Pada akhirnya, tujuan terakhir hanyalah kenyamanan dan jaminan rasa aman dalam menjalani kehidupan, dan Kesederhanaan adalah salah satu kunci utama.

Setiap detik yang berjalan, setiap manusia butuh hal yang membuat dia semakin semangat dan lebih bergairah lagi dalam menjalani hidup. Karena mau bagaimanapun, kehidupan takkan pernah menjadi ringan, maka jangan dibuat semakin berat.

Demikianlah, 10+ Kumpulan Puisi Jadi Diri Sendiri dari Senipedia untuk pembaca semua. Semoga bisa bermanfaat, sekiranya untuk meyakinkan kalian bahwa, menjadi pribadi sendiri itu jauh lebih baik. (Source)

Puisi Jadi Diri Sendiri